Kisah ini berkaitan dengan seorang ulama, seorang wali yang zuhud, namanya adalah Bisyr bin Al-Harits Al-Hafy (Al Hafy adalah julukan bagi orang yang tidak memakai alas kaki). Ia lahir di kota Merv. Pada tahun 150 hijriyah. Ia pernah belajar kepada imam Ahmad bin Hambal. Sebelum ia menjadi seorang ulama, seorang wali yang mulia, ternyata … dahulunya ia adalah seorang berandalan yang suka mabuk-mabukkan meminum khomr. Lalu… apa gerangan yang menjadikan ia bertaubat dan menjadi wali yang mulia. Bahkan sangking mulianya hewan pun memuliakannya.
Diriwayatkan bahwa, seorang laki-laki melihat keledai yang dibawanya membuang kotoran di jalan. Padahal selama Bisyr al-Hafi hidup, tidak ada seekor keledai pun yang membuang kotoran di jalan karena menghormati Bisyr yang berjalan dengan tanpa menggunakan alas kaki. Melihat kenyataan aneh seperti itu spontan si laki-laki tersebut langsung berteriak “Bisyr telah tiada!”.
Mendengar seruan laki-laki tadi, orang-orang pun pergi untuk menyelidikinya validitas berita tersebut. Dan ternyata apa yang dikatakan oleh laki-laki tadi benar adanya. Lalu orang-orang pun menanyakan sesuatu padanya, “Bagaimana kau tahu bahwa Bisyr al-Hafi telah meninggal dunia?”.
“Karena selama Bisyr al-Hafi hidup aku tidak pernah menyaksikan ada seekor keledai pun yang membuang kotoran di jalan. Dan tadi aku melihat kenyataan yang sebaliknya. Keledaiku membuang kotorannya di jalan. Dari itu pun aku tahu bahwa Bisyr al-Hafi telah wafat”.
Subhanallah selama 40 th tidak ada unta/hewan yang buang kotoran di jalan lantaran menghormati bisyir bin harits al hafi.
Lalu apa yang membuat bisyir al hafy menjadi mulia sedemikian rupa, padahal tadinya adalah berandalan tukang mabuk-mabukan?
Fariduddin al-Attar didalam kitab tadzkiratul auliya menyebutkan kisah pertaubatan bisyir bin harits al hafi. Ia menyebutkan bahwa pada masa mudanya Bisyir bin Al-Harits Al-hafi adalah seorang berandalan, ia suka mabuk-mabukkan meminum minuman khomr. Pada suatu ketika, ia pulang dari pesta dalam keadaan mabuk. Ia berjalan pulang dengan terhuyung-huyung. Ditengah perjalanan pulang ia melihat sesuatu di tanah, “heeh, appaa ini, eeee…”. Setelah sesuatu itu diambil, ternyata adalah secarik kertas yang bertuliskan “bismillahirrahmanirrahim”. Ia tau bahwa itu adalah Al-Qur’an maka ia ambil lalu ia letakkan di tempat yang tinggi di dalam lemari. Lalu ia mengambil wewangian dan menyemprotkan minyak wangi mawar pada secarik kertas tersebut. Ia melakukan hal itu dalam keadaan setengah sadar karena mabuk.
Malam harinya, ada seorang yang suci, seorang syaikh yang berada di daerah itu, bermimpi. Didalam mimpinya itu ia diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mengatakan kepada bisyir. Katakanlah kepadanya “engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah mensucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu. Demi kebesaran-Ku, niscaya Ku-harumkan namamu baik di dunia maupun di akhirat”.
Lalu syaikh yang bermimpi ini bangun dan berkata “bisyir, nggak ada orang lain yang aku kenal selain bisyir bin al harits. Tapi Ia adalah seorang berandalan, tukang mabuk-mabukan, masa iya Allah akan memuliakannya, ah nggak mungkin. Mungkin aku salah mimpi”. Nah.. akhirnya ia segera berwudhu dan sholat, lalu tidur lagi. Dan ternyata ia kembali bermimpi dengan hal yang sama.
Maka ia ulangi lagi perbuatan itu, ambil wudhu dan sholat. Setelah itu tidur lagi, namun tetap saja mimpi sama menghampirinya untuk yang ketiga kalinya.
Oleh karena itu, pada esok harinya syaikh ini pergi mencari bisyir bin al harits, “Dimana bisyir bin Al-Harits?” seseorang menjawab “wahai tuan seseorang seperti anda ngapain mencari bisyir bin al harits? Seperti biasa dia sedang pergi ke rumah seseorang yang sedang mengadakan pesta, mabuk-mabukan minum khomr”.
Akhirnya syaikh mendatangi rumah itu dan menanyakan kepada pemilik rumah tentang bisyir “ada bisyir disini?” “ada, tunggu sebentar ya”. Lalu tidak lama kemudian Datanglah bisyir dan berkata “loh kyai, ada apa datang kesini mencari saya?”. Syaikh menjawab “ndak ada apa-apa, ini ada titipan, titipan dari Allah. Tadi malam aku bermimpi ada suara. Suara apa wahai syaikh?. Syaikh menjawab : Suara yang menyeru (sampaikan kepada bisyir! engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah mensucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu). Diceritakanlah bahwa ia telah bermimpi tiga kali.”
Mendengar jawaban itu, bisyir bin Al-harits pun lemas, tersentuh hatinya, lalu ia mengatakan “ya Allah, hanya dengan mengambil secarik kertas yang bertuliskan bismillah saja Engkau telah memuliakan saya seperti ini. Ya Allah apa yang telah saya lakukan selama ini di tempat seperti ini”. Akhirnya ia masuk kembali dan berkata kepada teman-temannya. “teman-teman selamat tinggal, aku telah dipanggil, dan kalian tidak akan menjumpai aku lagi di tempat seperti ini” terakhir, ditanya sama temannya “dipanggil oleh siapa?” “saya dipanggil oleh Allah”.
Nah sejak saat itulah kehidupan bisyir bin al harits berubah total, ia senantiasa isi hari-harinya dengan beribadah kepada Allah. Ia pergi ke baghdad untuk belajar Al-Qur’an dan Hadits. Di sanalah ia bertemu dengan gurunya, imam Ahmad bin hambal. Dan Akhirnya ia menjadi seorang ulama yang besar senantiasa di kenang hingga saat ini.
Ibrah Kisah :Nah sahabat ibrahkisah.com, kira-kira apa saja ibrah yang bisa kita ambil dari kisah tersebut? Paling tidak ada beberapa hal sebagai berikut :
1.) Perbaiki adab kita terhadap Al Qur’an. Sucikanlah dan muliakanlah Al-Qur’an.
2.) Taruhlah alquran ditempat yang tinggi, karena ia adalah kitab suci.
3.) Sebagai bentuk pemuliaan terhadap al-Quran adalah berwudhu sebelum membaca al-Qur’an
Bisyir bin alharits Allah muliakan hanya karena bisyir telah mengambil secarik kertas yang bertuliskan "bismillahirrahmanirrahim". Bismillahirrahmanirrahim adalah AlQur’an. Bisyir menarunya di tempat yang tinggi dan memberinya minyak wangi. Bisyir telah memuliakan AlQur’an maka Allah pun memuliakannya.