Kisah Tentang Merasa Rendah Diri

rendah hati

Merasa rendah hati adalah merupakan sikap yang terpuji. Kebalikan dari rendah hati adalah tinggi hati (yakni angkuh dan sombong). Merasa diri kita rendah dibanding dengan orang lain juga merupakan sikap dari orang-orang sholeh. Sebagaimana yang akan kami paparkan pada kisah berikut.

Kisah ini disebutkan di dalam buku 500 Kisah Orang-orang Sholeh, karya Imam Ibnul Jauzi rahimahullahu ta'ala halaman 163 s.d. 164 cetakan Pustaka Al-Kautsar. Kisahnya sebagai berikut :

Menceritakan kepada kami Makhlad bin Al-Hasan, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Al-Khuld bin Ayub, ia berkata :

Pada suatu ketika, pada masa Bani Israil tersebutlah ada seorang lelaki ahli ibadah (seorang 'Abid). Lelaki ahli ibadah itu telah bertahun-tahun beribadah di dalam sebuah biara. Dikatakan ia sudah tinggal di dalam biara selama 60 tahun. Dan selama itu pula ia senantiasa rajin melakukan peribadatan.

Namun, pada suatu hari lelaki ahli ibadah itu tidur dan bermimpi. Di dalam mimpinya itu, dikatakan kepadanya, bahwa "Wahai engkau, sesungguhnya tukang pembuat sepatu itu lebih baik daripada dirimu".

Maka seketika itu juga, lelaki ahli ibadah itu terbangun dari tidurnya. Kemudian ia bergumam dalam hatinya, "Ah, itu kan tadi hanya sekedar mimpi saja". Ia pun mengabaikan mimpi itu dan melanjutkan tidurnya hingga pagi hari.

Pada siang harinya, ia melakukan qailulah (tidur siang), di dalam tidurnya ia kembali bermimpi dengan hal yang sama, seolah-olah dikatakan kepadanya, "Wahai engkau, sesungguhnya tukang pembuat sepatu itu lebih baik daripada dirimu". Bahkan mimpi seperti ini terus berulang beberapa kali.

Akhirnya, sang lelaki ahli ibadah itu pun turun dari biaranya dan keluar menuju ke tukang pembuat sepatu yang dimaksud di dalam mimpinya.

Melihat kedatangan lelaki ahli ibadah itu, penjual sepatu itu pun berdiri hendak menyambut kedatangan lelaki ahli ibadah. Karena terkejut sekaligus heran dengan kedatangan seorang ahli ibadah yang sudah bertahun-tahun beribadah di dalam biara, maka penjual sepatu pun bertanya kepada ahli ibadah, "Wahai tuan, ada apa gerangan yang membuat Anda keluar dari dalam biara?"

Lelaki ahli ibadah itu pun menjawab, "Engkaulah yang telah membuat saya keluar dari dalam biara. Saya telah bermimpi dan dikatakan kepada saya bahwa engkau itu lebih baik dari pada saya. Maka sekarang saya tanyakan hal itu kepada mu, dan tolong beritahukan kepadaku apa amalanmu yang membuatmu demikian?"

Penjual sepatu itu enggan untuk memberitahukannya. Namun karena terus didesak akhirnya ia bercerita, "Saya ini seperti apa yang engkau lihat, bekerja setiap hari menjual sepatu, lalu setiap kali saya mendapatkan hasilnya, saya bagi menjadi dua, satu bagian untuk nafkah keluargaku, dan sebagian yang lainnya saya sedekahkan di jalan Allah. Lalu saya juga sering berpuasa sunah."

Setelah mendapatkan informasi tersebut, lelaki ahli ibadah itu pun pamit untuk kembali.

Di tengah perjalanan kembali, lelaki ahli ibadah itu bertemu dengan seseorang lalu dikatakan kepadanya, "Dari mana Anda?". Lelaki ahli ibadah itu pun menceritakan kisahnya. Lalu dikatakan lagi kepadanya, "Coba engkau juga tanyakan kepadanya, mengapa wajahnya pucat?"

Maka sang ahli ibadah itu pun kembali lagi kepada tukang penjual sepatu. Lantas ia pun segera menanyakan perihal wajahnya yang pucat, "Wahai tuan, akan tetapi kenapa wajah Anda pucat?".

Maka penjual sepatu itu menjawab, "Terkait hal itu, setiap kali ada orang yang dibicarakan kepada saya, maka saya selalu beranggapan bahwa orang itu yang akan masuk surga dan saya yang akan masuk neraka. Karena hal itu lah wajah saya pucat".

Ibrah Kisah :

MaasyaAllah, ini adalah kisah yang singkat namun penuh hikmah. Dari kisah itu dapat kita ketahui bahwa orang yang merasa rendah diri, merasa dirinya lebih buruk dibanding dengan orang lain, maka sejatinya dia adalah orang yang mulia. Bahkan di dalam kisah tersebut ia menjadi lebih mulia daripada seorang ahli ibadah yang sudah beribadah selama bertahun-tahun. Lebih baik daripada seseorang yang telah beribadah selama 60 tahun.

Hal ini dikuatkan oleh sang perawi (Al-Khuld bin Ayub), ia mengatakan, "Sesungguhnya tukang sepatu itu lebih utama daripada si abid (lelaki ahli ibadah), karena ia selalu mencela dirinya sendiri dan merasa bahwa dirinya adalah orang yang rendah dan tidak baik."

Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semuanya. Minimal, kita tidak menjadi jiwa-jiwa yang sebaliknya, yakni menjadi orang yang sombong, takabur, dan merasa tinggi diri. Karena jelas bahwa merasa sombong, takabur, dan merasa tinggi diri adalah sikap Iblis.

Dalam QS. Shad : 75 Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, "Wahai Iblis, apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku (kekuasaan-Ku)? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah (memang) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?".

Merasa rendah diri dalam syariat lebih dikenal dengan istilah tawadhu'. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang tawadhu' (merasa rendah diri), dan kita terhindar dari sikap yang sebaliknya yaitu merasa tinggi diri. Wallahu a'lam bisshowab.

Reference : 500 Kisah Orang-orang Sholeh. Karya Imam Ibnul Jauzi rahimahullahu ta'ala halaman 163 s.d. 164 cetakan Pustaka Al-Kautsar.
Image by omer yousief from Pixabay

Sibyan

Hai sahabat! Saya adalah penulis di ibrahkisah.com. Semoga apa yang kami tuliskan bermanfaat. facebook x youtube instagram

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال