Kisah Tentang Fitnah Harta

harta

Betapa dunia ini sangat berbahaya bagi orang yang mengetahuinya. Inilah makna yang dikatakan oleh Allah kepada Nabi Musa, "Wahai Musa! Tidakkah engkau ketahui bahwa dunia itu adalah racun yang mematikan, dan penawarnya adalah nama-Ku?". Hal ini sebagaimana yang sudah kami sebutkan pada kisah sebelumnya. Bisa Anda lihat di Kisah Nabi Musa Sakit Perut .

Pada kisah kali ini pun hampir sama, kisah ini menunjukkan tentang betapa bahayanya fitnah harta (dunia). Banyak orang yang 'buta matanya' karena dunia. Mereka mau melakukan apapun demi mendapatkan dunia. Tidak peduli apakah dengan cara yang halal ataupun haram.

Kisah ini terjadi pada masa Nabi Isa 'alaihissalam. Pada waktu itu beliau sedang berjalan bersama dengan seorang pemuda. Di saat melakukan perjalanan sampailah mereka berdua di sebuah sungai. Mereka pun beristirahat sejenak dan makan. Pada kesempatan itu mereka berdua hanya membawa tiga potong roti. Dan mereka memakan masing-masing satu potong roti. Maka tersisalah satu potong roti.

Selesai makan, Nabi Isa 'alaihissalam pergi menuju ke sungai hendak mengambil minum. Namun, di saat kembali ternyata roti itu sudah tidak ada. Nabi Isa pun bertanya, kepada pemuda tesebut, "Di mana sisa roti itu?". "Saya tidak tahu di mana rotinya", jawab pemuda itu.

Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalan mereka menjumpai ada seekor kijang betina sedang bersama dengan dua ekor anaknya. Maka Nabi Isa 'alaihissalam lantas memanggil salah satu dari anak kijang tersebut. Maka dengan seketika anak kijang tersebut berjalan mendekat kepada Nabi Isa. Maka Nabi Isa pun menyembelihnya dan memanggang sebagian dari dagingnya. Mereka berdua pun menyantap daging panggang tersebut dengan nikmat.

Selesai makan, Nabi Isa 'alaihissalam berkata kepada anak kijang yang sudah disembelih itu, "Wahai anak kijang, berdirilah atas izin Allah Subhanahu wa ta'ala". Maka dengan seketika anak kijang tersebut hidup kembali dan berdiri kemudian lari meninggalkan mereka berdua.

Rupanya hal ini dilakukan Nabi Isa untuk menguatkan hujjah kepada lelaki tersebut agar ia mau berkata jujur (--pent.). Lalu Nabi Isa pun berkata kepada pemuda tadi, "Saya bertanya kepadamu, demi Dzat yang telah memperlihatkan ayat ini kepadamu, siapa yang telah mengambil roti itu?". Pemuda itu tetap menjawab, "Saya tidak tahu".

Kemudian mereka berdua melanjutkan perjalanannya. Tidak lama kemudian, sampailah mereka berdua di sebuah tempat semacam danau, tempat yang banyak airnya. Lalu Nabi Isa 'alaihissalam menggandeng tangan pemuda itu dan mengajaknya berjalan di atas air. Mereka berdua berjalan di atas air dan berjalan mengambang tidak tenggelam. Lantas Nabi Isa bertanya lagi kepada pemuda itu, "Demi Dzat yang telah memperlihatkan ayat ini, siapakah yang telah mengambil roti itu?". Pemuda tersebut tetap keukeuh menjawab, "Saya tidak tahu".

Lalu mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan. Tibalah mereka berdua di sebuah gurun pasir. Lalu Nabi Isa 'alaihissalam mengambil sebongkah tanah atau gundukan pasir, lalu beliau berkata, "Jadilah emas!". Maka seketika tanah itu berubah menjadi bongkahan emas. Lalu Nabi Isa membaginya menjadi tiga bagian, seraya berkata, "Satu bagian untukku, satu bagian untukmu, dan satu bagian lagi untuk orang yang mengambil roti itu".

Mendengar perkataan tersebut, pemuda itu lantas berkata, "Saya yang mengambil roti itu". Nabi Isa menimpali, "Baiklah kalau begitu bahkan semua emas ini untukmu". Setelah itu, maka berpisahlah mereka berdua.

Setelah mereka berpisah, pemuda tersebut melanjutkan perjalanan. Di tengah gurun itu, ia berpapasan dengan dua orang laki-laki. Melihat pemuda itu membawa emas banyak, maka dua orang tersebut berniat jahat dan hendak merampok serta membunuh pemuda itu.

Maka dengan sigap pemuda itu berkata kepada mereka berdua, "Tolong jangan bunuh saya, bagaimana jika emas ini kita bagi tiga saja? Ini kan ada tiga potong, jadi masing-masing dapat satu bagian."

Kedua orang itu pun menerima tawaran dari pemuda itu. Di tengah perjalanan mereka kehabisan bekal makanan. Alhasil, pemuda itu menyuruh salah satu diantara mereka untuk pergi ke kota untuk membeli makanan. “Sekarang, salah satu dari kalian pergi ke kota untuk membeli makanan,” kata pemuda itu.

Selama di perjalanan, orang yang disuruh membeli makanan ke kota bergumam dalam hati, “Untuk apa saya harus berbagi emas itu dengan mereka berdua. Mending untuk saya semuanya. Kalau begitu saya akan memberikan racun pada makanan mereka berdua".

Di sisi lain, kedua orang yang menunggu di gurun itu berkata, "Hei, untuk apa kita berbagi emas itu dengan dia? Lebih baik kita bunuh saja dia setelah ia kembali dari membeli makanan. Nanti kita bagi dua emasnya di antara kita." Mereka berdua sepakat untuk melakukan hal itu.

Setelah pembeli makanan itu kembali, mereka berdua pun berhasil membunuhnya. Sehingga mereka merasa puas dengan hasil yang mereka dapatkan. Mereka pun beristirahat dan makan dari makanan yang sudah dibeli yang sudah dibubuhi dengan racun. Hingga akhirnya mereka berdua pun ikut mati juga.

Demikianlah, akhirnya mereka bertiga mati semua tergeletak di samping tumpukan emas yang mereka perebutkan. Di dalam riwayat yang lain, Abdullah bin Muhammad mengatakan, bahwa di selain riwayat Ishaq bin Ismail disebutkan tambahan seperti berikut :

Setelah mereka mati semuanya, Nabi Isa 'alaihissalam pun lewat di tempat kejadian tersebut, lalu berkata, “Inilah dunia, maka waspadalah terhadapnya!"

Ibrah Kisah :

MaasyaAllah ini adalah kisah yang penuh dengan ibrah. Salah satunya adalah peringatan keras bagi kita agar kita waspada terhadap fitnah dunia, berhati-hati dengan hiasan dunia, karena sejatinya dunia adalah hiasan yang menipu bahkan membinasakan.

Inilah hal yang diwanti-wanti oleh baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau mengingatkan para sahabat agar tidak terkena fitnah dunia. Karena dunia yang akan menghancurkan manusia. Beliau bersabda :

فَوَاللَّهِ مَا الفَقْرَ أخْشى علَيْكمْ ولكِنْ أخْشى عليكمْ أنْ تُبْسَطَ عليْكمُ الدُّنْيا كَمَا بُسِطَتْ على مَنْ كانَ قَبْلَكمْ فَتنافَسُوها كَمَا تَنافَسُوها فتهلككم كما أهلكتهم

"Demi Allah bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan dari kalian akan tetapi aku khawatir kepada kalian jika dibukakan dunia sebagaimana dibukakannya dunia atas ummat sebelum kalian maka kalian berlomba-lomba memperebutkannya sebagaimana umat sebelum kalian berlomba-lomba, maka harta itu akan menghancurkan kalian sebagaimana harta telah menghancurkan mereka" [al-Jaami' as-Shaghir no. 1916].

Demikianlah kisah ini semoga menjadi peringatan sekaligus teguran bagi kita, agar kita berhati-hati terhadap harta dan dunia. Kita boleh mencari dunia asalkan kita ingat bahwa tujuan kita adalah akhirat bukan dunia. Itulah tujuan sejati dari seorang mukmin. Dan jadikanlah dunia ini sebagai ladang untuk menggapai akhirat. Semoga bermanfaat.

Reference : al-Hikayat min Qoshoshi as-Sholihin wa an-Nawadiri az-Zahidin. Halaman 179-181, Cetakan Pustaka Al-Kautsar.
Image by Petra from Pixabay

Sibyan

Hai sahabat! Saya adalah penulis di ibrahkisah.com. Semoga apa yang kami tuliskan bermanfaat. facebook x youtube instagram

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال