Kelemah Lembutan Nabi Mengalahkan Kemarahannya

kelemah lembutan Nabi

Nabi Muhammad Saw. mempunyai akhlak yang agung. Hal ini senada dengan predikat yang diberikan oleh Allah Swt. tentang akhlak Nabi. Allah berfirman dalam surah al-Qolam ayat 4, "Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung". Karenanya sangat layak Nabi dijadikan sebagai uswah hasanah (contoh yang baik).

Di antara karakter yang agung yang dimiliki oleh baginda Nabi Saw. adalah sifat kelemah lembutannya yang mengalahkan kemarahannya. Hal ini tercermin dalam kehidupan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana kisah yang akan kami sampaikan berikut ini.

Abdullah bin Salam berkata, "Sesungguhnya Allah Swt. ketika menginginkan (memberikan) petunjuk kepada Zaid bin Sa'nah, berkatalah Zaid bin Sa'nah, 'Tidaklah ada satupun tanda kenabian yang tidak aku ketahui ketika aku memandang wajah Muhammad Saw. kecuali dua hal yang belum aku ketahui. Kedua hal itu adalah tidaklah sifat kelemah lembutannya mengalahkan kemarahannya dan tidaklah kemarahannya bertambah kecuali menambah kelemah lembutannya.

Maka kemudian aku pergi kepadanya untuk aku bergaul dengannya. Pada suatu hari aku bertemu dengan Muhammad Saw. dan beliau sedang bersama dengan Ali bin Abi Thalib. Maka tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang berjalan di atas tunggannya layaknya orang badui. Maka lelaki itu berkata, "Ya Rasulallah, sesungguhnya negeri si fulan telah masuk Islam, dan aku telah menceritakan kepada mereka, jika mereka masuk Islam maka aku akan memberikan tunjangan kepada mereka, dan sungguh mereka telah ditimpa tahun yang sulit dan kekeringan, dan aku khawatir mereka keluar dari Islam karena tamak (menginginkan harta), sebagaimana mereka masuk Islam karena tamak, jika engkau ingin mengirim sesuatu yang bisa untuk menolong mereka maka lakukanlah".

Melihat kejadian itu, maka aku berkata, 'Ya Muhammad, aku bayarin (pinjamin) untukmu untuk membeli ini dan itu satu wasaq, tapi kamu berjanji harus membayarnya'. Maka Nabi pun berjanji untuk membayarnya. Maka aku ambil dan aku bayar dari kantong saku ku sebanyak 80 dinar. Maka Nabi pun memberikannya kepada lelaki tersebut, seraya berkata, "Cepatlah berikan kepada mereka dan bantu mereka".

Maka ketika belum jatuh waktu tempo untuk membayar hutang, satu atau dua atau tiga hari setelahnya, keluarlah Nabi untuk mengurus jenazah di Baqi. Bersamanya ada Abu Bakar, Umar, dan beberapa sahabat yang lainnya. Maka setelah Nabi selesai mengimami dan menyolati jenazah, maka aku tarik burdahnya (dari belakang) dengan keras sehingga beliau tercekik lehernya, dan aku menatapnya dengan wajah yang kasar, maka aku katakan kepadanya, 'Mengapa engkau tidak membayarnya ya Muhammad?! Aku tahu kalian Bani Abdil Mutthalib suka menunda-nunda hutang! Aku tahu karena aku sudah bergaul dengan kalian!'.

Maka bergetarlah otot-otot dada Umar karena marah, dan memandang kepada ku, "Hai musuh Allah! Apa yang kamu katakan kepada Rasulullah?! Apa ini tadi yang kamu lakukan?! Apa ini tadi yang kamu katakan?! Demi Allah kalaulah aku tidak khawatir (menyelisihi Rasulullah), pasti aku sudah penggal kepalamu!".

Nabi saat itu hanya melihat kepada Umar dengan penuh ketenangan dan tersenyum. Kemudian Nabi berkata kepada Umar, "Wahai Umar, tenanglah. Bayarlah haknya, dan tambahlah 20 sha' kurma lagi".

Umar bertanya, "Ya Rasulallah 1 Wasaq adalah hutangnya. Lalu 20 sha' kurma lagi untuk apa?". Rasulullah menjawab, "Hukuman bagimu (sebagai ganti) karena engkau telah menakut-nakutinya.

Maka Umar pergi bersamaku untuk membayarkan hak ku, dan menambahkan 20 sha' kurma lagi untukku. Maka aku katakan, 'Apa ini wahai umar?'. Umar berkata, "Karena Rasulullah telah memerintahkanku untuk menambahnya sebagai ganti aku telah menakut-nakutimu". Aku katakan, 'Apakah engkau tidak mengenalku wahai Umar?'. Umar berkata, "Tidak, siapa engkau?". Aku katakan, "Saya Zaid bin Sa'nah". Umar berkata, "Zaid yang seorang pendeta?". Aku katakan, 'Ya, akulah pendeta yang engkau maksud itu (ia pendeta terkenal; pent.)'. Umar berkata, "Apa yang mendorongmu untuk melakukan hal ini kepada Rasulullah?". Maka aku katakan, "Wahai Umar, tidak tersisa dari tanda-tanda kenabian melainkan aku telah mengetahuinya dari wajah Rasulullah ketika aku memandangnya, kecuali dua hal yang belum aku ketahui, tinggal ini saja, kelemah lembutannya mengalahkan kemarahannya dan tidaklah kemarahannya bertambah melainkan menambah kelemah lembutannya. Dan sekarang wahai Umar, aku telah mendapatkan itu ada padanya. Maka saksikanlah wahai Umar, aku ridho Allah Tuhanku, Islam agamaku, dan Muhammad adalah seorang Nabi, dan persaksikanlah wahai Umar bahwa separuh hartaku akan aku sedekahkan untuk ummat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam".

Maka kembalilah Zaid bersama Umar kepada Rasulullah, dan Zaid berkata, "Asyhadu alla ilaaha illallah wa ashadu anna Muhammadan 'abduhu warasuluh". Maka dengan hal ini telah masuk Islamlah Zaid bin Sa'nah dan menjadi orang yang beriman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ibrah Kisah :

MaasyaAllah, ini adalah kisah yang menakjubkan yang penting untuk dijadikan pelajaran. Betapa indah akhlak baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Saking indahnya akhlak Nabi sehingga membuat seorang pendeta Yahudi masuk Islam.

Demikianlah di antara karakter Nabi yang agung adalah "Kelemah lembutannya mengalahkan kemarahannya".

Sayogyanya kita sebagai ummat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam maka kita pun mencontoh karakter beliau. Jadilah orang yang pemurah, penyayang, tidak suka marah-marah. Tebar kebaikan dan keramahan serta kelemah lembutan. Wallahu a'lam bisshowab.

Referensi : Akhlaqun Nabi li Abi Syaikh al-Asbahani. Juz 1 hal. 475
Image by Freepik

Sibyan

Hai sahabat! Saya adalah penulis di ibrahkisah.com. Semoga apa yang kami tuliskan bermanfaat. facebook x youtube instagram

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال